Current Article:

Bedak untuk Jerawat, Bedak Tabur atau Padat?

Bedak untuk Jerawat, Bedak Tabur atau Padat?
Categories BEAUTY & HEALTH

Bedak untuk Jerawat, Bedak Tabur atau Padat?

Bedak untuk Jerawat – DOKTER Dermatologi dan Kelamin Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Irma Bernadette S Sitohang menyarankan para pemilik kulit berjerawat untuk menggunakan bedak tabur daripada bedak padat.

Bedak untuk Jerawat, Bedak Tabur atau Padat?

“Jika sedang berjerawat, jangan gunakan bedak padat. Bedak padat bisa menyebabkan kulit berminyak dan merangsang tumbuhnya jerawat, jadi sebaiknya gunakan bedak tabur”, ujarnya dalam siaran pers kepada RSUI, tertulis pada Sabtu (29/5). /1).

Sedangkan untuk orang yang memiliki masalah kulit normal, kosmetik yang beredar di pasaran telah melalui penelitian dan pengujian, dan pada umumnya setiap individu dapat menggunakan produk tersebut.

Tidak ada masalah dalam memilih perawatan kulit untuk orang yang memiliki masalah kulit normal, bisa dari review penggunaan keluarga, teman dekat jika ingin mencoba produk tersebut,” ujarnya. Kemudian, bagi yang memiliki masalah kulit berjerawat. , Irma mengingatkan agar lebih berhati-hati dan spesifik dalam memilih produk perawatan kulit.

Orang yang sedang menjalani proses pengobatan jerawat sebaiknya menggunakan produk yang telah direkomendasi oleh dokter dan jika ingin menggunakan kosmetik jenis tertentu sebaiknya berkonsultasi dengan dokter.

Jerawat disebabkan oleh hormon androgen, yaitu ketika hormon androgen membentuk dan mempengaruhi sel-sel sebosit, yang ditemukan di kelenjar sebaceous, menyebabkan sel-sel tumbuh atau berkembang biak dan menyebabkan produksi minyak.

“Selain sel sebosit, ada juga sel keratinosit, yaitu sel di lapisan atas kulit atau epidermis. Hormon androgen mempengaruhi sel ini, membuat sel keratinosit lengket dan sulit dikeluarkan, ketika sel Keratinosit lengket dan berkembang biak, ditambah produksi minyak, maka akan terjadi penyumbatan,” kata Irma.

Penyumbatan ini disebut komedo dan ketika komedo terkena kuman, terjadi peradangan. Peradangan ini kemudian disebut jerawat. Banyak kasus jerawat terjadi pada remaja. Umumnya, jerawat pertama kali muncul pada usia 12-15 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus jerawat muncul pertama kali pada usia 14-17 tahun untuk anak perempuan dan 16-17 tahun untuk anak laki-laki.

Baca Juga :  Setelah Eksfoliasi Malam Pakai Apa? Panduan Lengkap Perawatan Kulit Malam Hari

Puncak keparahan jerawat biasanya terjadi pada usia 17-21 tahun dan 85% dari kasus jerawat ini sembuh pada usia 25 tahun. Sedangkan 15% sisanya dapat bertahan hingga usia 49 tahun ke atas. Faktor genetik juga berperan besar karena jika seseorang memiliki riwayat keluarga dengan jerawat, biasanya dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Irma mengatakan dalam mendiagnosis pasien jerawat harus dilakukan dengan jelas, dan jerawat itu sendiri mengandung komedo. Untuk mendiagnosis jerawat, dokter biasanya akan melakukan dua hal. Yaitu anamnesis, bertanya langsung kepada pasien, dan pemeriksaan fisik atau langsung mengecek kondisi kulit pasien.

“Kalau dokter melakukan pemeriksaan selain dua hal itu, mungkin bukan jerawat,” kata Irma.

Pengobatan pertama yang diberikan pada pasien jerawat adalah pengobatan topikal. Efek samping yang biasanya timbul dari pengobatan adalah rasa tidak nyaman, kulit kering, mengelupas, dan kemerahan. Namun, menurut Irma, hal tersebut merupakan efek normal yang akan dialami seseorang yang menjalani pengobatan jerawat. Irma mengatakan kondisi atau efek tersebut biasanya berlangsung 1-2 minggu atau hingga 3 minggu. Selain terapi topikal, ada juga terapi tambahan, seperti perawatan kulit, penghilangan komedo, peeling, konsumsi antioksidan, laser wajah hingga penggunaan pembersih dan pelembab.

Bedak yang Semakin Berkeringat Semakin Bagus: Prev Rekomendasi Bedak Tabur untuk Kulit Sensitif
lifestyle-people.com - cara menghilangkan flek hitam Next Penyebab Flek Hitam di Wajah yang Harus Kamu Tahu!