Categories BEAUTY & HEALTH

Kulit Wajah Terasa Kasar dan Berbiji? Mungkin Ini Ulah Close Komedo!

Lifestyle – Sering merasa tekstur kulit wajah tidak mulus padahal rasanya tidak sedang jerawatan? Saat diraba, kulit terasa kasar, berbiji, atau “bruntusan”, terutama di area dahi, dagu, dan pipi. Jika iya, kamu mungkin sedang berhadapan dengan musuh dalam selimut yang dikenal dalam dunia dermatologi sebagai close komedo. Istilah ini mungkin terdengar teknis, namun ini adalah salah satu masalah kulit paling umum yang dialami banyak orang.

Banyak orang salah mengira kondisi ini sebagai jerawat pasir, milia, atau bahkan biang keringat. Yang membuat frustrasi, close komedo ini seringkali sangat membandel, sulit dihilangkan hanya dengan sabun cuci muka biasa, dan warnanya yang sama dengan kulit (atau sedikit keputihan) membuatnya tidak terlihat jelas dari kejauhan. Namun, kondisi ini sangat mengganggu penampilan saat dilihat dari dekat atau ketika kamu mencoba mengaplikasikan alas bedak atau makeup, yang justru seringkali membuatnya terlihat semakin jelas.

Jadi, sebenarnya close komedo adalah apa? Secara sederhana, ini adalah salah satu bentuk jerawat non-inflamasi (tidak meradang) yang paling dasar atau bentuk paling awal dari jerawat. Kondisi ini adalah cikal bakal dari banyak masalah kulit lainnya. Memahami secara mendalam apa itu komedo tertutup, apa bedanya dengan komedo terbuka, dan apa penyebabnya adalah langkah awal paling penting untuk menentukan strategi perawatan yang tepat agar kulitmu bisa kembali halus, bersih, dan sehat.

Apa Sih Sebenarnya Close Komedo Itu?

Kenapa Komedo Bau? Fakta Menarik dan Cara Mengatasinya

Sebelum kita melangkah lebih jauh ke cara mengatasinya, kita harus benar-benar paham siapa musuh yang sedang kita hadapi. Pengetahuan adalah kekuatan, terutama dalam dunia perawatan kulit.

Membedah Komedo: Si Putih dan Si Hitam

Pada dasarnya, setiap komedo (comedo) adalah sebuah pori-pori atau folikel rambut yang tersumbat. Anggap saja pori-pori adalah sebuah kantong kecil di bawah kulit. Sumbatan ini, atau yang disebut comedonal plug, adalah campuran lengket yang terdiri dari dua hal utama: sebum (minyak alami yang diproduksi kulit kita) dan tumpukan sel kulit mati (keratin). Apa yang terjadi selanjutnya pada sumbatan inilah yang menentukan jenis komedonya.

Ada dua jenis utama komedo:

  1. Komedo Terbuka (Open Comedo atau Blackhead): Ini adalah sumbatan sebum dan sel kulit mati yang terjadi pada pori-pori yang permukaannya terbuka lebar ke udara. Ketika sumbatan ini terpapar oksigen dari udara luar, terjadilah proses oksidasi. Oksidasi inilah yang mengubah warna bagian atas sumbatan menjadi gelap atau hitam. Jadi, blackhead itu hitam bukan karena kotoran atau debu, tapi karena minyak yang teroksidasi.
  2. Komedo Tertutup (Close Comedo atau Whitehead): Inilah topik utama kita. Ini adalah sumbatan sebum dan sel kulit mati yang terjadi pada pori-pori yang permukaannya tertutup oleh lapisan tipis kulit. Karena mulut pori-porinya tertutup, sumbatan di dalamnya tidak terpapar udara. Alhasil, tidak terjadi proses oksidasi. Inilah mengapa warnanya tetap putih pucat atau sama dengan warna kulit sekitarnya. Ini yang terlihat di permukaan sebagai bintik-bintik kecil, benjolan kecil, atau yang sering kita sebut “bruntusan”.

Kenapa Mereka Betah Banget Muncul di Wajah Kita?

Munculnya close komedo bukanlah kejadian satu malam dan biasanya disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor internal maupun eksternal yang terjadi secara bersamaan di bawah kulitmu.

Faktor penyebab utamanya adalah produksi sebum yang berlebih. Kelenjar minyak (sebaceous gland) kamu mungkin terlalu aktif. Ini bisa dipicu oleh banyak hal, paling sering adalah faktor hormonal (seperti saat siklus menstruasi, masa pubertas, atau stres berat) dan faktor genetik atau keturunan. Ketika minyak yang diproduksi terlalu banyak, pori-pori menjadi kewalahan.

Faktor kedua yang tidak kalah penting adalah proses regenerasi sel kulit yang tidak normal. Kulit kita seharusnya secara alami melepaskan sel-sel kulit matinya setiap sekitar 28 hari dalam proses yang disebut deskuamasi. Namun, terkadang proses ini melambat atau kacau. Akibatnya, sel-sel kulit mati itu tidak rontok sebagaimana mestinya. Sebaliknya, mereka menumpuk, menjadi lengket, dan akhirnya bercampur dengan sebum berlebih tadi, membentuk sumbatan padat di dalam folikel.

Faktor ketiga adalah faktor eksternal yang sering kita abaikan. Penggunaan produk skincare, perawatan rambut (seperti kondisioner yang mengenai dahi), atau makeup yang bersifat comedogenic adalah biang keladi yang umum. Bahan-bahan tertentu dalam produk tersebut bisa ikut masuk dan memperparah sumbatan di pori-pori. Ditambah lagi, faktor kebersihan seperti jarang mengganti sarung bantal atau helm, serta kebiasaan menyentuh wajah dengan tangan kotor, juga berkontribusi memindahkan bakteri dan minyak yang memperburuk kondisi.

Jangan Dipencet! Ini Cara Tepat Menangani Close Komedo

Ketika melihat benjolan kecil di wajah, insting pertama kita pasti ingin segera memencetnya agar keluar. Untuk close komedo, tindakan ini adalah kesalahan terbesar yang bisa kamu lakukan.

Kesalahan Fatal yang Sering Dilakukan (Dan Harus Kamu Hentikan)

Memencet komedo tertutup sangat dilarang keras. Ingat, komedo ini terperangkap di bawah lapisan kulit. Ketika kamu menekannya dengan paksa menggunakan jari atau alat ekstraktor yang tidak steril, kamu tidak mendorong sumbatannya keluar. Sebaliknya, kamu justru memberikan tekanan ekstrem ke dinding folikel di bawah kulit.

Tindakan ini hampir pasti akan menyebabkan dinding folikel itu pecah di dalam kulit. Ketika sumbatan (yang penuh dengan sebum dan sel kulit mati) itu pecah dan menyebar ke jaringan kulit di sekitarnya, sistem imun tubuhmu akan menganggapnya sebagai benda asing. Responnya? Inflamasi atau peradangan hebat. Bakteri penyebab jerawat (Cutibacterium acnes) yang tadinya hanya diam di dalam pori, kini ikut berpesta di area peradangan. Hasilnya, close komedo yang tadinya tenang dan tidak meradang, dalam semalam bisa berubah menjadi jerawat papula (benjolan merah) atau pustula (jerawat bernanah) yang besar, merah, dan sakit. Lebih buruk lagi, trauma ini meningkatkan risiko bekas jerawat (PIH/PIE) atau bahkan bopeng permanen (skar atrofi) yang jauh lebih sulit dihilangkan.

Kunci Utama: Eksfoliasi adalah Sahabatmu

Karena masalah utamanya adalah sumbatan yang terdiri dari sel kulit mati dan minyak, maka solusi logisnya adalah “membongkar” sumbatan itu. Cara teraman dan paling efektif bukanlah dengan paksaan mekanis (dipencet), melainkan dengan eksfoliasi kimiawi (chemical exfoliants). Kita membutuhkan bahan aktif yang bisa bekerja melarutkan “lem” antar sel kulit mati dan menembus minyak.

Bintang utama untuk masalah ini adalah BHA (Beta Hydroxy Acid), yang nama paling populernya adalah Asam Salisilat (Salicylic Acid). Kehebatan BHA adalah sifatnya yang oil-soluble atau larut dalam minyak. Ini berarti dia tidak hanya bekerja di permukaan kulit, tapi bisa “menyelam” masuk ke dalam pori-pori yang sudah terisi penuh dengan sebum. Di dalam pori, asam salisilat akan membantu melunakkan dan menghancurkan sumbatan keratin dan minyak dari dalam. Kamu bisa menggunakannya dalam bentuk toner, serum, atau sabun cuci muka.

Bahan kedua adalah AHA (Alpha Hydroxy Acid), seperti Glycolic Acid (Asam Glikolat) atau Lactic Acid (Asam Laktat). AHA bersifat water-soluble (larut air) dan bekerja lebih dominan di permukaan kulit. Tugasnya adalah mempercepat pengelupasan sel kulit mati di lapisan teratas, “melepas lem” antar sel sehingga regenerasi kulit berjalan lebih cepat. Menggunakan AHA membantu permukaan kulit lebih halus dan mencegah sel-sel mati baru ikut menumpuk.

Memperkenalkan Retinoid: Si Ahli Regenerasi Kulit

Jika eksfoliasi AHA/BHA adalah “pembersih” masalah yang sudah ada, maka retinoid adalah “regulator” yang mencegah masalah itu datang kembali. Retinoid adalah kelompok turunan Vitamin A (contohnya adalah Retinol yang dijual bebas, atau Tretinoin yang merupakan obat resep). Ini adalah standar emas dalam dermatologi untuk mengatasi komedo dan penuaan.

Retinoid tidak bekerja dengan cara mengeksfoliasi seperti AHA/BHA. Sebaliknya, retinoid bekerja di level seluler untuk menormalkan proses pergantian sel kulit (cell turnover). Retinoid “mengajari” sel-sel kulitmu untuk beregenerasi dan rontok secara normal, sehingga mencegah sel-sel kulit mati saling menempel dan membentuk sumbatan baru dari awal. Ini adalah tindakan preventif paling kuat melawan pembentukan close komedo. Namun, penggunaannya harus dimulai perlahan (misalnya 2-3 kali seminggu di malam hari) dan wajib dibarengi penggunaan sunscreen di pagi hari karena membuat kulit lebih sensitif terhadap matahari.

Gaya Hidup dan Perawatan Pendukung: Apa Lagi yang Bisa Membantu?

Menggunakan bahan aktif yang kuat memang penting, tetapi hasilnya tidak akan maksimal jika tidak didukung oleh rutinitas harian yang tepat.

Cek Ulang Produk Makeup dan Skincare Kamu

Ini adalah langkah investigasi yang wajib kamu lakukan. Coba periksa kembali semua produk yang kamu gunakan dan menempel lama di wajah, terutama pelembap, sunscreen, alas bedak (foundation), dan primer. Pastikan semua produk tersebut memiliki label “non-comedogenic”. Label ini adalah jaminan bahwa produk tersebut telah diformulasikan secara khusus agar tidak memiliki potensi menyumbat pori-pori. Hati-hati dengan beberapa bahan yang berat seperti coconut oil (minyak kelapa untuk wajah), lanolin, atau isopropyl myristate jika kulitmu sangat rentan ber-komedo.

Teknik Double Cleansing di Malam Hari

Membersihkan wajah di malam hari adalah rutinitas yang tidak bisa ditawar. Ini sangat krusial, terutama jika kamu menggunakan makeup atau sunscreen (dan kamu harus selalu pakai sunscreen, apalagi saat menggunakan AHA/BHA/Retinoid). Kotoran berbasis minyak (seperti makeup, sebum berlebih, dan polusi) tidak akan terangkat sempurna jika kamu hanya mengandalkan sabun cuci muka berbasis air.

Di sinilah teknik double cleansing berperan. Langkah pertama adalah menggunakan pembersih berbasis minyak, seperti cleansing oil atau cleansing balm. Aplikasikan pada kulit kering dan pijat lembut untuk melarutkan semua riasan, minyak, dan kotoran. Setelah itu, baru lanjutkan dengan langkah kedua, yaitu menggunakan sabun cuci muka (water-based cleanser) yang lembut untuk membilas semua sisa residu dan kotoran berbasis air. Metode ini memastikan pori-porimu benar-benar bersih dan siap menerima produk perawatan malammu.

Mengatasi close komedo adalah sebuah maraton, bukan lari cepat. Ini adalah tentang konsistensi dalam rutinitas yang tepat. Jadi, close komedo adalah masalah sumbatan di bawah permukaan kulit yang tidak boleh dipencet. Solusi utamanya terletak pada disiplin melakukan eksfoliasi rutin dengan bahan seperti BHA dan AHA, serta mempertimbangkan penggunaan retinoid untuk menormalkan siklus kulitmu dari akarnya.

Semua usaha ini membutuhkan kesabaran, karena hasilnya tidak akan terlihat instan dalam satu malam. Namun, dengan pendekatan yang tepat dan konsisten, didukung dengan kebiasaan membersihkan wajah yang benar, kamu pasti bisa mendapatkan kembali tekstur kulit yang halus dan sehat. Apakah kamu juga sedang berjuang melawan bruntusan membandel? Bahan aktif apa yang menurutmu paling efektif? Yuk, berbagi pengalamanmu di kolom komentar!


Tanya Jawab Seputar Close Komedo

1. Apa perbedaan utama antara close komedo dan milia?

Jawaban: Keduanya memang terlihat seperti benjolan putih kecil, tapi sangat berbeda. Close komedo adalah pori-pori tersumbat oleh sebum dan sel kulit mati (jerawat non-inflamasi). Sedangkan milia adalah kista keratin kecil (protein kulit) yang terperangkap di bawah permukaan kulit tanpa bukaan pori. Milia terasa lebih keras seperti butiran pasir dan tidak bisa dihilangkan dengan skincare eksfoliasi biasa; seringkali butuh tindakan ekstraksi oleh profesional.

2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan close komedo?

Jawaban: Ini membutuhkan kesabaran dan bervariasi tiap orang. Dengan penggunaan rutin eksfolian (seperti Asam Salisilat) atau retinoid, umumnya kamu bisa melihat perbaikan tekstur yang signifikan dalam 4 hingga 8 minggu. Kuncinya adalah konsistensi, karena kamu tidak hanya menghilangkan sumbatan yang ada tapi juga mencegah terbentuknya sumbatan baru.

3. Apakah facial atau ekstraksi di klinik diperbolehkan untuk close komedo?

Jawaban: Boleh, ASAL dilakukan oleh ahli dermatologi atau terapis profesional yang terlatih (disebut ekstraksi). Mereka akan menggunakan jarum steril kecil (lancet) untuk membuat bukaan mikro di permukaan kulit sebelum mengeluarkan sumbatan dengan alat ekstraktor yang steril. Ini jauh lebih aman daripada memencet sendiri di rumah yang hampir pasti menyebabkan peradangan dan bekas luka.

4. Bolehkah saya menggunakan AHA dan BHA secara bersamaan?

Jawaban: Boleh, dan seringkali sangat efektif, tetapi harus hati-hati agar tidak berlebihan (over-exfoliation). Beberapa produk sudah diformulasikan dengan keduanya dalam satu toner/serum. Alternatifnya, kamu bisa menggunakannya secara bergantian (misal, AHA di malam Senin, BHA di malam Selasa) atau BHA di area berminyak/T-zone dan AHA di area kering. Selalu perhatikan respon kulitmu.

5. Kenapa sunscreen wajib saat sedang mengatasi komedo tertutup?

Jawaban: Bahan aktif yang kita gunakan untuk mengatasi komedo (AHA, BHA, dan terutama Retinoid) bekerja dengan cara mempercepat pergantian sel kulit. Ini membuat lapisan kulit barumu yang lebih segar terekspos, yang mana lapisan ini lebih sensitif dan rentan terhadap kerusakan akibat sinar matahari (UV). Tidak memakai sunscreen akan membuat kulitmu mudah iritasi, kemerahan, dan memicu timbulnya bekas kehitaman (PIH).

Written By

"Roda hidup terus berputar bagi sebagian orang, sisanya mah ya gitu-gitu aja."

More From Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *